Tinjauan Filosofis Tentang Kurikulum
TINJAUAN FILOSOFIS TENTANG
KURIKULUM
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Filsafat
Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Aat Hidayat,
M.Pd.I
Oleh Kelompok VII:
1. Irma Rizqiana (1710110020)
2. Rusda Khoirina (1710110026)
3. M. Wafi Abdillah (1710110031)
PAI-A / Semester III
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
KUDUS
2018
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu tugas pokok filsafat pendidikan Islam adalah memberikan
arah bagi tujuan pendidikan Islam. Tujuan pendidikan yang hendak dicapai harus
direncanakan (diprogramkan) dalam kurikulum. Antara tujuan dan program harus
ada kesesuaian dan keseimbangan. Tujuan pendidikan yang hendak dicapai harus
tergambar di dalam program yang tertuang di dalam kurikulum, bahkan program
itulah yang mencerminkan arah dan tujuan yang diinginkan dalam proses
kependidikan. Kurikulum merupakan faktor yang sangat penting dalam proses
kependidikan Islam. Segala hal yang harus diketahui atau diresapi serta
dihayati oleh peserta didik, harus ditetapkan dalam kurikulum. Juga segala hal
yang harus diajarkan oleh pendidik kepada peserta didik, harus dijabarkan ke
dalam kurikulum.
Dengan demikian, dalam kurikulum tergambar jelas secara berencana
bagaimana dan apa saja yang harus terjadi dalam proses belajar-mengajar yang
dilakukan oleh pendidik dan peserta didik. Jadi, kurikulum menggambarkan
kegiatan belajar-mengajar dalam suatu lembaga kependidikan. Di dalam kurikulum,
tidak hanya dijabarkan serangkaian ilmu pengetahuan yang harus diajarkan oleh
pendidik kepada peserta didik, dan peserta didik mempelajarinya, tetapi juga
segala kegiatan yang bersifat kependidikan yang dipandang perlu karena mempunyai
pengaruh terhadap peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam.
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan, mempunyai kedudukansentral, menentukan
kegiatan dan hasil pendidikan. Penyusunannya memerlukan fondasi yang kuat,
didasarkan atas hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Kuriklum yang
lemah akan menghasilkan manusia yang lemah pula.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperoleh rumusan masalah
sebagai berikut:
1.
Apa
pengertian kurikulum?
2.
Apa
cakupan kurikulum?
3.
Bagaimana
asas-asas kurikulum?
4.
Bagaimana
ciri-ciri kurikulum dalam pendidikan Islam?
5.
Bagaimana
prinsip kurikulum dalam pendidikan Islam?
6.
Bagaimana
tinjauan filosofis tentang kurikulum?
7.
Bagaimana
analisis tentang kurikulum?
C.
Tujuan Masalah
1.
Untuk
mengetahui pengertian kurikulum,
2.
Untuk
mengetahui cakupan kurikulum,
3.
Untuk
mengetahui asas-asas kurikulum,
4.
Untuk
mengetahui ciri-ciri kurikulum dalam pendidikan Islam,
5.
Untuk
mengetahui prinsip kurikulum dalam pendidikan Islam,
6.
Untuk
mengetahui tinjauan filosofis tentang kurikulum,
7.
Untuk
mengetahui analisis tentang kurikulum.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kurikulum
Secara etimologis kata kurikulum
diambil dari bahasa Yunani, curere, berarti jarak yang harus ditempuh oleh para
pelari. Berdasarkan pengertian ini, dengan konteksnya dengan dunia pendidikan,
memberikan pengertian bahwa kurikulum ialah arena pertandingan tempat pelajar
bertanding untuk menguasai pelajaran guna mencapai garis pengamat berupa
diploma, ijazah atau gelar kesarjanaan.
Dalam bahasa arab, kurikulum sering
disebut dengan istilah al-manhaj, berarti
jalan yang terang yang dilalui manusia dalam bidang kehidupannya. Maka dari
pengertian tersebut, jika dikaitkan dengan pendidikan, maka berarti jalan
terang yang dilalui oleh pendidik atau guru dengan peserta didik untuk
mengembangkan pengetahuan , keterampilan dan sikap serta nilai-nilai.
Berdasarkan pengertian tersebut,
dapat disimpulkan bahwa kurikulum itu merupakan landasan yang digunakan
pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah Tujuan pendidikan yang
diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap
mental. Proses kependidikan Islam ini hendaknya mengacu pada konsep manusia
sempurna (baik sebagai Khalifah maupun abd'). Disinilah peran filsafat
pendidikan Islam dalam memberikan pandangan filosofis tentang hakikat
pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang dapat dijadikan pedoman dalam
pembentukan manusia sempurna (al-ihsan Al
Kamil).[1]
B.
Cakupan Kurikulum
Sebagai
suatu sistem, kurikulum terdiri atas beberapa cakupan yang saling terkait,
terintegrasi, dan tidak dapat terpisahkan satu sama lainnya. Cakupan kurikulum terdiri
atas tujuan, program atau materi, proses dan evaluasi, sebagaimana dijelaskan
berikut ini:
a. Tujuan
kurikulum
Secara sederhana tujuan menurut Daradjat (1996:29)
sering dimaknai sebagai sesuatu yang diharapkan tercapai setelah melakukan
serangkaian proses kegiatan. Tujuan kurikulum memegang peranan penting dalam
proses pendidikan, karena tujuan akan mengarahkan semua kegiatan pendidikan dan
komponen-komponen lainnya.
Tujuan kurikulum Menurut UU No. 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional adalah “meningkatkan kualitas manusia
Indonesia, yakni manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab”. Oleh karena itu, tujuan
kurikulum pada setiap satuan pendidikan, harus mengacu pada pencapaian tujuan
pendidikan nasional tersebut.
b. Materi
Materi atau program dalam kurikulum pada hakikatnya
adalah isi kurikulum atau konten kurikulum itu sendiri. Al-Basyir (1995:23)
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan materi adalah “wayuqshadu bila al-muhtawa al-mujadalah al-dirasiyah wa maudhu'aat
al-ta'alum” yakni tema-tema pembelajaran yang telah ditentukan, yang
mengandung berbagai keterampilan baik yang bersifat aqliyah (knowledge), jasadiyah, dan berbagai cara mengkajinya atau
mempelajarinya.
c. Metode
Istilah metode secara sederhana sering diartikan
cara yang cepat dan tepat. Secara etimologis, kata metode berasal dari kata meta dan hodos yang sering diartikan dengan melalui dan jalan dalam
mengerjakan sesuatu (Uhbiyati, 1992:136). Dalam bahasa kamus bahasa Arab metode
dikenal dengan istilah thoriqoh jamaknya thuruq yang berarti langkah-langkah strategis untuk melakukan suatu
pekerjaan (Ramayulis, 2004:155). Mempunyai pengertian lebih khusus, yakni cara
yang tepat dan cepat dalam mengerjakan sesuatu.
Berdasarkan uraian di atas metode pendidikan adalah
cara yang paling tepat dan cepat dalam mengajarkan pendidikan. Kata tepat dan
cepat sering diungkapkan juga dengan istilah efektif dan efisien dalam
mengerjakan sesuatu materi pengajaran .
d. Evaluasi
Kata evaluasi berasal dari kata to evaluate yang sering
diartikan dengan menilai. Istilah nilai
(value) pada mulanya di populerkan oleh filosof, dan plato-lah yang
mula-mula mengemukakannya. Penilaian dalam pendidikan berarti seperangkat
tindakan atau proses untuk menentukan nilai sesuatu yang berkaitan dengan dunia
pendidikan. Menurut ilmu jiwa evaluasi berarti menetapkan fenomena yang
dianggap berarti di dalam hal yang sama berdasarkan suatu standar.
Evaluasi kurikulum dimaksudkan menilai suatu
kurikulum sebagai program pendidikan untuk menentukan efisiensi, efektifita,
relevansi dan produktivitas program dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Efisiensi berkenaan dengan penggunaan waktu, tenaga, sarana dan
sumber-sumber lainnya secara optimal. Efektivitas berkenaan dengan pemilihan
atau penggunaan cara atau jalan utama yang paling tepat dalam mencapai tujuan.
Relevansi berkenaan dengan kesesuaian suatu program dan pelaksanaannya dengan
tuntutan dan kebutuhan, baik dari kepentingan masyarakat maupun peserta
didiknya. Sedangkan produktivitas berkenaan dengan optimalnya hasil yang
dicapai dari suatu program.[2]
C.
Asas-asas Kurikulum
Suatu kurikulum pendidikan, termasuk pendidikan Islam, hendaknya
mengandung beberapa unsur utama seperti tujuan, isi mata pelajaran, metode
mengajar dan metode penilaian. Kesemuanya harus tersusun dan mengaku pada suatu
sumber kekuatan yang menjadi landasan dalam pembentukannya. Sumber kekuatan
tersebut dikatakan sebagai asas-asas pembentuk kurikulum pendidikan.
Mohammad al-Thoumy al-Syaibany, mengemukakan bahwa asas-asas umum
yang menjadi landasan pembentukan kurikulum dalam pendidikan Islam yaitu:
1.
Asas
Agama
Asas
ini mengacu pada dua sumber utama syari'at Islam, yaitu Al dan Sunnah.
Sementara sumber-sumber lainnya yang sering digolongkan oleh para ahli seperti
ijma', qiyas', kepentingan umum, dan yang dianggap baik (ihtisan), adalah
merupakan penjabaran dari kedua sumber diatas. Pembentukan kurikulum pendidikan
Islam harus diletakkan pada apa yang telah digariskan oleh sumber-sumber
tersebut dalam rangka menciptakan manusia yang bertaqwa sebagai 'abd dan tegar
sebagai Khalifah Allah dimuka bumi.
2.
Asas
Falsafah
Dasar
ini memberikan arah dan kompas tujuan pendidikan Islam, dengan dasar filosofis,
sehingga susunan kurikulum pendidikan Islam mengandung suatu kebenaran,
terutama dari sisi nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang diyakini
kebenarannya. Secara umum, dasar falsafah ini membawa konsekuensi bahwa rumusan
kurikulum pendidikan Islam harus beranjak dari konsep ontologi, epistemologi
dan aksiologi yang digali dari pemikiran manusia muslim, yang sepenuhnya tidak
bertentangan dengan nilai-nilai asasi ajaran Islam.
3.
Asas
Psikologis
Asas
ini memberi arti bahwa kurikulum pendidikan Islam hendaknya disusun dengan
mempertimbangkan tahapan-tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui anak
didik.
4.
Asas
Sosial
Pembentukan
kurikulum pendidikan Islam harus mengacu ke arah realisasi individu dalam
masyarakat. Pola yang demikian ini berarti bahwa semua kecenderungan dan
perubahan yang telah dan bakal terjadi dalam perkembangan masyarakat manusia
sebagai makhluk sosial harus mendapat tempat dalam kurikulum pendidikan Islam.[3]
D.
Ciri-ciri Kurikulum Pendidikan Islam
Dalam pendidikan Islam terdapat lima
ciri dan keistimewaan kurikulum yang sesuai dengan semangat pendidikan yang ada
di dalamnya, sebagaimana dinyatakan oleh Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibainy
sebagai berikut:
1.
Mementingkan
tujuan agama dan akhlak dalam berbagai hal seperti tujuan dan kandungan,
kaidah, alat dan tekniknya.
2.
Meluaskan
perhatian dan kandungan hingga mencakup perhatian, pengembangan serta bimbingan
terhadap segala aspek pribadi pelajar dari segi intelektual, psikologi, sosial
dan spiritul.
3.
Adanya
prinsip keseimbangan antara kandungan kurikulum tentang ilmu dan seni,
pengalaman dan kegiatan pengajaran yang bermacam-macam.
4.
Menekankan
konsep menyeluruh dan keseimbangan pada kandungannya yang tidak hanya terbatas
pada ilmu-ilmu teoritis, baik yang bersifat aqli maupun naqli.
5.
Keterkaitan
antara kurikulum pendidikan Islam dengan minat, kemampuan, keperluan, dan
perbedaan individual antara siswa.[4]
E.
Prinsip-prinsip Kurikulum Pendidikan Islam
Hakikat kurikulum adalah model yang
diacu oelh pendidikan dalam upaya membentuk citra sekolah dengan mewujudkan
tujuan pendidikan yang disepakati. Kurikulum yang baik adalah yang dinamis,
aktual, teoretis, dan aplikatif. Sebagaimana tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan.
Kurikulum merupakan bagian atau subsistem dari keseluruhan kerangka organisasi
sekolah atau sistem sekolah. Kurikulum sebagai suatu sistem menyangkut
penentuan segala kebijakan tentang kurikulum, susunan personalia, dan prosedur
pengembangan kurikulum, penerapan, evaluasi, dan penyempurnaannya.
Kurikulum yang dijadikan standar mutu pendidikan Islam perlu
memperhatikan beberapa prinsip di bawah ini:
1.
Prinsip
pertautan dengan nilai-nilai ajaran Islam.
2.
Prinsip
universal artinya bahwa kandungan kurikulum sebagai rencana pengajaran
berkaitan dengan semua aspek kebutuhan manusia sebagai anak didik, baik aspek
jasmani maupun aspek rohani.
3.
Prinsip
keseimbangan, sebagai lanjutan setelah menjalankan prinsip universal.
4.
Prinsip
interaksinal edukatif, artinya kurikulum yang disesuaikan dengan minat dan
bakat anak didik.
5.
Prinsip
fleksibelitas, artinya kurikulum dikembangkan dengan dinamis dan selalu aktual
karena berhubungan dengan kebutuhan masyarakat, bangsa, dan negara.
6.
Prinsip
empiristik, artinya kurikulum tidak henti-hentinya dikembangkan dengan
didasarkan pada pengalaman perkembangan dunia pendidikan, kebutuhan siswa,
kebutuhan masyarakat, penemuan ilmiah, hasil penelitian sosial, dan sepanjang
yang berhubungan dengan perkembangan situasi dan kondisi sosial-budaya dan
perkembangan zaman pada umumnya.[5]
F.
Tinjauan Filosofis tentang Kurikulum
Kurikulum
merupakan acuan, program, dan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam
perjalanan dari zaman ke zaman, kurikulum terus mengalami perubahan dalam segi
tehnik, metodee dan pelaksanaaannya. Filsafat merupakan landasan yang utama
dalam pengembangan kurikulum. Filsafat sangat penting, khususnya dalam
pengambilan keputusan dari setiap aspek kurikulum, yang harus mempunyai dasar
filosofisnya. Dasar filosofi kurikulum pendidikan Islam tidak terlepas dari
hakikat pendidikan Islam, yaitu menjadikan pribadi yang kamil.
Secara umum,
filosofi membawa rumusan kurikulum pendidikan Islam kepada tiga dimensi,
ontologi, epistimologi, dan aksiologi.[6]
Dimensi ontologi mengarahkan kurikulum agar lebih banyak memberi anak didik
kesempatan untuk berhubungan langsung dengan fisik-fisik, obyek-obyek. Dimensi
epistimologi adalah refleksi dari dari metode konstruksi pengetahuan yang
disebut metode ilmiah. Dalam rumusan kurikulum, dimensi ini cenderung
fleksibel. Dimensi aksiologi mengarahkan kurikulum agar memberikan hasil yang
terbaik, agarpara peserta didik memiliki nilai-nilai yang ideal yang memberikan
manfaat dalam kelangsungan hidup. Jadi, ketiga dimensi tersebut merupakan
kerangka dalam perumusan kurikulum pendidikan Islam.
G.
Analisis
Kurikulum Pendidikan Islam sebagai landasan dasar
dan acuan dalam proses penncapaian tujuan pendidikan tidak dapat terlepas dari
sejarah filosofis dari suatu tempat dan juga hakikat dari tujuan pelaksanaan
pendidikan. Di Indonesia, kurikulum yang saat ini sedang di jalankan, kurikulum
2013 (kurtilas), dalam perumusannya berdasar pada sejarah bangsa ini sendiri
dan juga hakikat pendidikan. Dari sejarah bangsa ini yang berjuang keras
merdeka dari para penjajah, direalisasikan dengan semangat untuk menciptakan
kurikulum yang terus berkembang dan mampu mengikuti zaman. Dari hakikat
pendidikan, menjadikan insan yang kamil, kurtilas merealisasikannya dengan
dasar membentuk karakter insan yang berakhlakuk karimah. Dari dimensi yang
telah dijelaskan diatas, kurtilas, dari dimensi ontologi telah memberikan ruang
proses yang lebih banyak kepada peserta didik. Kemudian dari dimensi
epistimologi, kurtilas terbentuk dari pelajaran-pelajaran sebelum dan yang
sedang dijalankan, sehingga sifatnya fleksibel. Hanya saja dari dimensi
aksiologi, tidak semua tapi masih ada dari beberapa pihak yang belum memahami
pelaksanaan kurtilas ini. Sebagai contoh orang tua peserta didik, ketika
anaknya mendapat tugas dari pendidik terkadang merasa iba karena anaknya
mengeluh, kemudian tugas yang seharusnya menjadi proses membentuk karakter
anaknya dikerjakan oleh orang tua tersebut. Sehingga terkadang program kurtilas
belum berdampak segnifikan pada peserta didik. Namun, para pakar pendidikan dan
menteri terus menggodok kurikulum untuk mengatasi masalah-masalah yang
terjadi.
BAB
III
PENUTUP
Simpulan
Dari pemaparan makalah di atas, dapat di tarik kesimpulan sebagai
berikut:
1.
Kurikulum
adalah landasan
atau acuan yang digunakan pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah
Tujuan pendidikan
2.
Cakupan kurikulum meliputi tujuan, program atau
materi, proses dan evaluasi
3.
Asas-asas kurikulum diantaranya Asas Agama, Asas Falsafah, Asas
Psikologis, Asas Sosial.
4.
Ciri-ciri
kurikulum dalam pendidikan Islam diantaranya Mementingkan tujuan agama dan
akhlak, Meluaskan perhatian dan kandungan hingga mencakup perhatian, Adanya
prinsip keseimbangan antara kandungan kurikulum tentang ilmu dan seni,
pengalaman dan kegiatan pengajaran yang bermacam-macam, Menekankan konsep
menyeluruh dan keseimbangan pada kandungannya, Keterkaitan antara kurikulum
pendidikan Islam dengan minat, kemampuan, keperluan, dan perbedaan individual
antara siswa.
5.
Prinsip-prinsip
kurikulum dalam pendidikan Islam diantaranya Prinsip pertautan dengan
nilai-nilai ajaran Islam, Prinsip universal, Prinsip keseimbangan, Prinsip interaksinal edukatif, Prinsip
fleksibelitas, Prinsip
empiristik.
6.
Secara umum,
filosofi membawa rumusan kurikulum pendidikan Islam kepada tiga dimensi, ontologi,
epistimologi, dan aksiologi.
7.
Di Indonesia,
kurikulum yang saat ini sedang di jalankan, kurikulum 2013 (kurtilas), dalam
perumusannya berdasar pada sejarah bangsa ini sendiri dan juga hakikat pendidikan.
Tiga dimensi telah menjadi dasar rumusan kurikulum, hanya saja dimensi
aksiologi masih perlu adanya evaluasi dari pada dua dimensi lainnya.
Daftar
Pustaka
Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan
Islam, Teras, Yogyakarta, 2009.
Hasan Basri, Filsafat Pendidikan
Islam, CV. Pustaka Setia, Bandung, 2014.
Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
AlfaBeta, Bandung, 2012.
Samsul
Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis,
Ciputat Press, Jakarta, 2002.
[1] Samsul Nizar, Filsafat
Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis, Ciputat Press,
Jakarta, 2002, hlm. 55-56
[2] Heri Gunawan, Kurikulum dan
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, AlfaBeta, Bandung, 2012, hlm. 8-18
[3] Op.Cit, Filsafat Pendidikan
Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis, hlm. 57-58
[4] Abd. Aziz, Filsafat
Pendidikan Islam, Teras, Yogyakarta, 2009, hlm. 164-165
[5] Hasan Basri, Filsafat Pendidikan
Islam, CV. Pustaka Setia, Bandung, 2014, hlm. 129-130
[6] Op.cit, Filsafat Pendidikan
Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis, Ciputat Press, Jakarta,
2002, hlm. 56
c364h1rmgst133 glass dildos,Butterfly Vibrator,black dildos,Wand Massagers,realistic dildo,dog dildo,realistic dildos,dog dildos,fantasy toys a822y4mjshl637
BalasHapus